Kamis, 04 Desember 2014

UNIKNYA GANG PERTENUNAN PUSAT PRODUKSI SARUNG SAMARINDA

Sudah jadi rahasia umum, produk warisan budaya indonesia sangat kaya dan beragam, salah satunya adalah sarung dan kain, di tanah jawa kita kenal dengan kain dan sarung batiknya, di sulawesi, terkenal dengan lipa' sabbe, ada juga yang di sebut sarung dan kain ulos, serta banyak lagi ragam sarung dan kain yang menghiasi keanekaragaman budaya indonesia, namun kali ini kita akan sedikit mengulas sarung samarinda yang sekarang mulai terncam keberadaanya karna kurangnnya minat generasi muda untuk mempelajari dan melestarikannya.

jika kamu bertanya pada orang2 terkenal, pejabat tinggi dan artis2, atau wisatawan yang berkunjung ke kalimantan timur , oleh2 apa yang mereka dapat jika mereka pulang, mereka secara serempak akan menjawab sarung samarinda,karna sarung samarinda sudah menjadi salah satu icon wisata di kalimantan timur.

Sarung tenun samarinda mirip seperti sarung kebanyakan yang merupakan produksi pabrikan, namun yang membuat sarung ini istimewa adalah proses pembuatan, pemilihan bahan dan desain motifnya yang semuanya di kerjakan dengan manual dan hanya menggunakan alat tradisional...
bahan yang di gunakan adalah benang sutra asli, yang di proses hingga menjadi braneka macam warna yg kemudian akan di rajuk dengan alat khusus hingga membentuk satu bentuk sarung dengan motif yang khas,

Sejarah sarung tenun samarinda

Sekitar abad ke 18, masyarakat bugis sulawesi masuk ke kalimantan timur untuk meminta suaka pada penguasa kaltim pada saat itu karna terjadi perang saudara di sulawesi selatan dan mereka memilih mengungsi karna tak ingin adanya perpecahan di antara keluarga mereka, dengan senang hati masyarakat kaltim menerima mereka dan memberikan sebuah pemungkiman tempat tinggal untuk mereka bercocok tanam dan menangkap ikan .

karna tanahnya yang subur dan berada tepat di pinggir sungai mahakam tempat itu berkembang maju dan banyak di datangi pendatang, hingga sekarang, tempat itu di pilih menjadi ibukota kalimantan timur, yaitu samarinda. di saat itulah sarung samarinda yang di adaptasi dari budaya sulsel itu mulai di kenal hingga sekarang
awalnya sarung samarinda menggunakan tennung tudang, atau alat tenun sederhana yang menggunakan kedua kaki dan pinggang sang penenun sebagai penyangga sebagai bagian dari alat penyangga tenun, sampai akhirnya di temukan alat tenun bola bola yang tidak mennggunakan badan lagi sebagai tumpuan, namun masih menggunakan kedua kaki untuk menjalankan alat tenun ini.



Kampung baqa pertenunan, wisata sarung tenun samarinda

berkunjung ke satu sudut kampung di pinggiran tepian sungai mahakam samarinda, kita akan menemui sebuah pemandangan unik dimana hampir tiap teras maupun dalam rumah penduduk kampung itu ada alat tenun, mungkin karna itu kampung itu di sebut sebagai kampung atau gang pertenunan, karna khampir semua ibu2 rumah tangga dan wanita lanjut usia di kampung ini profesinya adalah pembuat sarung tenun sutra samarinda, yang memprihatinkan menurut saya, remaja2 wanita hampir tak satupun yg saya temui menggeluti atau mempelajari sarung samarinda ini, tentu saja ini adalah kprihatinan saya dimana remaja indonesia yang seyogyanya merupakan pewaris dari budaya tenun samarinda yang di geluti orang tua mereka, malah enggan untuk mempelajarinya,dengan alasan klise, karna malu atau gengsi di depan temen2 sebayanya, jika hal ini terus berlangsung, kepunahan pada sarung samarinda akan terjadi jika orang tua mereka telah menua dan tak mampu lagi melanjutkan untuk bertenun...



Pemandangan unik ini di tambah dengan suara yang bersahut sahutan dari alat tenun itu. seperti berirama, dan memiliki suara yang hampir sama pada tiap alat tenun, hingga kesannya seperti orang yang memukul kentongan secara bersamaan dengan irama tertentu.
proses pembuatan sarung tenunpun terbilang sulit, karna prosesnya yang memakan waktu cukup lama untuk menghasilkan selembar kain sarung, dari informasi seorang ibu2 yang profesinya sebagai penenun, di butuhkan waktu 2 minggu untuk tenung bola2 ( alat tenun yang lebih besar) dan 4 minggu untuk tennung tudang ( alat tenun duduk yang menggunakan tubuh sebagai penyangga )

proses pembuatan di awali dengan pewarnaaan benang sutra pilihan sesuai warna motif yg akan di buat,setelah itu pengeringan, lalu proses pemintalan, dan terakhir proses penenunan

proses penenunan ini memerlukan konsentrasi dan ketelitian serta keahlian khusus dari sang penenun, karna di sinilah proses pembentukan motif terjadi, berbeda dengan batik, yang hanya menggambar di atas seutas kain, dalam tenun samarinda, motif di ciptakan saat mereka membuat kain sarung itu sendiri, keistimewaannya adalah dimana mereka bekerja keras untuk merangkai lembar demi lembar benang sutra itu menjadi kain sarung, merekapun di tuntut untuk menerapkan ide2 motif yang masih ada dalam imajinasi mereka, dan di tuangkan pada tiap2 helai benang yang mereka tenun,unik bukan???

konon di malaysia pun sudah mengklaim kain sarung sutra khas orang bugis sebagai budayanya, mudah2an remaja2 kita lebih perduli sekarang dengan terancamnya budaya2 nenek moyang indonesia yang kian hari kian dilupakan.

Sebagai penutup, jika anda berkunjung ke kalimantan timur, jangan lupa menyempatkan untuk berkunjung ke kampung gang pertenunan untuk melihat sendiri proses unik pembuatan sarung asli samarinda ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar