Jumat, 26 Desember 2014

HUBUNGAN PARIWISATA DAN BUDAYA


Mengapa orang dari Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan sebagainya datang berduyun-duyun ke pantai Kuta dan pantai Sanur di Bali? Bukankah di negara mereka sendiri terdapat banyak pantai yang mungkin saja pemandangan alamnya lebih indah daripada pemandangan pantai Kuta dan Sanur di Bali tersebut? Bila kita kaji lebih dalam, ternyata yang menjadi tujuan mereka, para turis asing tersebut adalah ingin melihat Kebudayaan Bali yang terkenal eksotik dan unik, yang berbeda dengan kebudayaan masyarakat mereka. Bila Bali tidak menawarkan kebudayaan masyarakatnya tersebut, mungkin tidak akan ada daya tarik para wisatawan untuk mengunjunginya.

Hal itulah sebenarnya merupakan gambaran konkret dari konsep pariwisata budaya yang istilahnya sering disebut-sebut oleh para pengambil kebijakan (pemerintah) dan para akademisi, namun seringkali sulit untuk dijelaskan dalam definisi konseptual yang operasional, terutama dalam menyepakati konsep kebudayaan itu sendiri.

Dalam khazanah antropologi Indonesia, kebudayaan dalam perspektif klasik pernah didefinisikan oleh Koentjaraningrat sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia yang diperoleh dengan cara belajar. Dalam pengertian tersebut, kebudayaan mencakup segala hal yang merupakan keseluruhan hasil cipta, karsa, dan karya manusia, termasuk di dalamnya benda-benda hasil kreativitas/ciptaan manusia. Namun dalam perspektif antropologi yang lebih kontemporer, kebudayaan didefinisikan sebagai suatu sistem simbol dan makna dalam sebuah masyarakat manusia yang di dalamnya terdapat norma-norma dan nilai-nilai tentang hubungan sosial dan perilaku yang menjadi identitas dari masyarakat bersangkutan.

Dengan demikian, pariwisata budaya merupakan jenis pariwisata yang berdasarkan pada mosaik tempat, tradisi, kesenian, upacara-upacara, dan pengalaman yang memotret suatu bangsa/suku bangsa dengan masyarakatnya, yang merefleksikan keanekaragaman (diversity) dan identitas (character) dari masyarakat atau bangsa bersangkutan.

Indonesia adalah negara yang kaya raya dengan sumber daya alam dan sumber daya budaya yang melimpah. Bangsa kita merupakan bangsa yang serba multi, baik itu multi-insuler, multibudaya, multibahasa, maupun multiagama. Kesemuanya itu bila dikelola dengan baik dapat dijadikan sebagai potensi untuk memakmurkan rakyat dan memajukan bangsa kita.

Sayangnya, dalam wacana pariwisata budaya di tingkat nasional, yang seringkali dijadikan rujukan dan contoh adalah pariwisata di Bali. Seolah-olah hanya daerah Bali yang hanya bisa dimajukan pariwisata budayanya untuk menarik kunjungan baik wisatawan nusantara maupun mancanegara. Tidak salah memang bila kita membanggakan keberhasilan Bali sebagai daerah tujuan pariwisata dunia yang telah menghasilkan sumbangan devisa terhadap negara dalam jumlah besar. Namun bila kita terjebak hanya mengandalkan satu daerah Bali saja, maka kemajuan pariwisata Indonesia akan mengalami ketergantungan yang sangat tinggi terhadap daerah tersebut. Hal ini terbukti, ketika di Bali terjadi tragedi bom yang diledakkan oleh kaum teroris, maka penerimaan devisa negara kita di bidang pariwisata menjadi anjlok.

Kemajuan pariwisata budaya di Bali sangat ironis dengan kondisi pariwisata budaya di daerah-daerah Indonesia lainnya. Di Subang, Jawa Barat misalnya, sepuluh tahun yang lalu, anak-anak remajanya masih banyak yang berminat untuk belajar tari jaipong, sisingaan, dan menjadi dalang wayang golek. Hampir setiap minggu dan dalam acara ritual kehidupan selalu diundang pentas sebagai hiburan budaya yang meriah. Saat ini, ketika teknologi semakin maju, ironisnya kebudayaan-kebudayaan daerah tersebut semakin lenyap di masyarakat, bahkan hanya dapat disaksikan di televisi dan Taman Mini. Padahal kebudayaan-kebudayaan daerah tersebut, bila dikelola dengan baik selain dapat menjadi pariwisata budaya yang menghasilkan pendapatan untuk pemerintah baik pusat maupun daerah, juga dapat menjadi lahan pekerjaan yang menjanjikan bagi masyarakat sekitarnya.


Pariwisata Budaya
Ada banyak cara sebenarnya untuk memajukan pariwisata negara kita. Memang untuk memajukan pariwisata budaya bukan hanya tugas pemerintah tetapi juga masyarakat kita. Namun tentunya Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, serta Dinas Pariwisata di seluruh daerah di Indonesia, sebagai instansi pemerintah yang bertugas memajukan kebudayaan dan pariwisata Indonesia, memiliki tanggung jawab yang lebih besar. Pertama, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata sesuai dengan fungsinya yang hanya sebagai perumus kebijakan, harus berani dan tegas menentukan konsep, visi, dan misi pariwisata budaya Indonesia. Keberanian untuk menyepakati konsep pariwisata dan budaya juga harus dilakukan karena dalam dunia akademik tidak akan pernah disepakati kedua konsep tersebut yang disebabkan oleh selalu adanya dialektika antara temuan dan pemikiran cendekiawan satu dengan yang lainnya.

Kedua, sesuai dengan semangat otonomi daerah yang menyerahkan tugas pengembangan kebudayaan dan pariwisata kepada Dinas Pariwisata di masing-masing daerah, maka Dinas Pariwisata harus benar-benar menangkap pelimpahan tugas dan wewenang itu sebagai peluang untuk memajukan masyarakat di daerahnya. Sebagai contoh, dengan kekayaan budaya yang kita miliki, maka di setiap kabupaten atau kota Dinas Pariwisata minimal dapat mendirikan satu pusat atau sentra pariwisata budaya yang menampilkan keanekaragaman budaya di wilayahnya masing-masing. Bentuk konkretnya adalah didirikannya semacam Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di masing-masing daerah bersangkutan.

Ketiga, para pengamat pariwisata dan budaya sudah saatnya untuk lebih mengutamakan kajian dan penelitian yang merekomendasikan bagaimana memajukan kebudayaan dan pariwisata Indonesia dibandingkan dengan kajian dan penelitian yang selalu memberikan kritik yang belum tentu konstruktif terhadap kebijakan pembangunan pariwisata dan budaya, yang seringkali justru menyebabkan ketakutan pada instansi pemerintah untuk mengambil kebijakan.

Keempat, peran serta masyarakat dalam pembangunan sentra-sentra budaya di masing-masing daerah harus diutamakan. Misalnya, kelompok-kelompok kebudayaan dan kesenian yang akan dipentaskan harus bergiliran dan tidak dimonopoli oleh kelompok kesenian tertentu saja. Di samping itu, anggota masyarakat sekitar juga harus diutamakan untuk direkrut mengelola sentra budaya bersangkutan dengan diberikan pendidikan dan pelatihan terlebih dahulu.

Bila pembangunan pariwisata budaya ini dapat segera dilakukan dengan terarah dan berkesinambungan di seluruh daerah di Indonesia, maka kelestarian budaya, inovasi dan kreativitas budaya, kerukunan antarbudaya, lapangan pekerjaan, pemasukan terhadap pendapatan daerah dan devisa negara adalah sumbangan penting yang dapat diberikan oleh bidang pariwisata budaya untuk peradaban Indonesia yang lebih baik di masa mendatang.

MENGADU NASIB DI IBU KOTA

Ada pameo yang mengatakan bahwa "Sekejam-kejamnya Ibu Tiri, lebih kejam lagi Ibu Kota", demikian juga dengan lirik lagu berbunyi "Sapa suruh datang Jakarta, sapa suruh datang Jakarta " ini menggambarkan betapa beratnya mencari penghidupan di Ibu Kota. Gambaran yang dimaksud adalah bagaimana kondisi sosial, ekonomi, politik dan budaya di Ibu Kota, bagaimana kondisi disaat orang-orang mengeluh dengan kemacetan di jalan, banyaknya anak-anak jalanan yang tidak mampu bersekolah, akhirnya turun ke jalan untuk menjadi gelandangan, pengemis, dan ngamen, sulitnya mencari lapangan pekerjaan dan berbagai macam problema yang sering kita simak di berbagai media baik cetak maupun elektronik.


Inilah Sang Mahasiswa sewaktu meraih Sarjana

Namun gambaran tersebut diatas akhirnya pupus juga dari pemikiran saya setelah salah seorang yang berpredikat Sarjana Farmasi (Universitas Mulawarman) mencoba melanjutkan pendidikan professinya di salahsatu Perguruan Tinggi di Kota Cimahi (Universitas Akhmad Yani) jawa barat dengan mengambil jurusan Apoteker dan menyelesaikannya dengan kriteria baik. Sang Mahasiswa yang tinggal di Asrama Lamin Mahakam (asrama yang dikelola oleh Pemerintah Provinsi Kaltim) yang berlokasi di Kota Bandung rela pulang pergi Bandung-Cimahi guna menuntut Ilmu dengan kendaraan Roda 2 yang dibeli sejak masih duduk dibangku Sekolah Menengah Atas. Selama kurang lebih 1 (satu) tahun akhirnya sang mahasiswa dikukuhkan dengan Sumpah serta diwisuda menjadi sebagai seorang Apoteker.


Dengan mengantongi sertifikat sebagai seorang Apoteker dan berbekal ijazah Apoteker, mulailah dia mencari-cari lowongan pekerjaan baik di Kota Bandung maupun di Ibu Kota Jakarta, dan ternyata ada beberapa perusahaan yang bergerak di bidang farmasi serta apotik yang tertarik. Salahsatunya adalah sebuah Perusahaan yang sering membuat Outlet Kesehatan di Mall-mall besar di seluruh Kota Besar di Indonesia. dan saat ini dia pun diterima bekerja di salahsatu Plaza yang berlokasi di Jakarta Pusat dimana terdapat Outlet Perusahaan tersebut.

Saat di Wisuda Menjadi Seorang Apoteker


Jadi saya berpendapat bahwa saat ini untuk mendapatkan pekerjaan dengan cepat diperlukan tenaga yang professinya memang dibutuhkan tanpa memandang lokasi sekalipun itu di Ibu Kota Jakarta yang katanya susah sekali mendapat lapangan pekerjaan.

Saat ini tergantung kita mau bekerja secara Professional, Bertanggungjawab, serta punya Loyalitas kepada Perusahaan tempat kita bekerja. Dan yang paling utama adalah Jujur dan Adil dalam melaksanakan amanah dan tanggung jawab.

(sekian coretan saya disela-sela menunggu Beduk Isya) 

   

Jumat, 19 Desember 2014

SARUNG SAMARINDA SARUNG TENUN YANG DIBUAT DENGAN ALAT TENUN BUKAN MESIN



Kerajinan tenun Sarung Samarinda pada awalnya dibawa para perantau Bugis dari Sulawesi yang tinggal di pesisir Sungai Mahakam, tepatnya di Kampung Pamanah, Gang Pertenunan, Samarinda Seberang. Berada jauh dari tanah leluhur tidak membuat perempuan Bugis melupakan tradisinya. Sambil menunggu suami-suami mereka pulang dari bekerja serta mengasuh anak-anak, mereka memanfaatkan waktu dengan menenun sarung. Sarung bermotif kotak-kotak yang mereka buat ternyata menarik perhatian orang-orang untuk membelinya.

Para pengrajin mengenal dua teknik dalam menenun Sarung Samarinda, yaitu dengan menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) dan dengan cara tradisional yang disebut dengan walida. Pengrajin pendatang ini kabarnya sangat terampil dalam bertenun kain. Pembuatan satu sarung dari bahan baku memerlukan waktu sekitar satu pekan. Sedangkan proses menenunnya memerlukan waktu sekitar tiga hari.

Ciri khas Sarung Samarinda adalah bahan bakunya yang menggunakan sutera yang khusus didatangkan dari Cina. Sebelum ditenun, bahan baku sutera masih harus menjalani beberapa proses agar kuat saat dipintal. Proses pertama adalah merendam bahan baku dalam air selama tiga hari. Setelah itu dimasak dalam campuran air dan pewarna sampai mendidih selama sekitar dua jam. Lalu bahan baku dicuci hingga bersih dan langsung dikanji. Setelah dikanji, diperas, dan dijemur hingga kering, barulah bahan baku bisa dipintal menjadi benang tenun sutera. Untuk mendapatkan hasil yang baik, pemintalan harus dilakukan sehalus mungkin.


Sehelai sarung yang dihasilkan pengrajin biasanya memiliki lebar 80 centimeter dan panjang 2 meter. Dengan ukuran sarung sebesar itu pasti ada jahitan sambungan di bagian tengahnya yang dibuat dengan menggunakan tangan. Sarung asli tidak pernah disambung dengan menggunakan mesin jahit. Inilah salah satu cara untuk membedakan kain yang asli dari yang palsu atau buatan mesin pabrik.

Perbedaan lainnya adalah kain yang asli atau yang dibuat dengan ATBM biasanya terasa agak kasar tetapi sejuk saat dipakai. Kain palsu terasa halus namun saat dipakai terasa panas. Sementara sarung asli yang dibuat dengan teknik walida juga halus sekaligus terasa sejuk saat dipakai.

Kalau ingin lebih memastikan lagi mana sarung yang asli dan yang palsu, tariklah satu benang sarung dan bakar. Jika benang yang dibakar berubah menjadi seperti karet, berarti itu adalah sarung asli yang menggunakan benang sutera. Tapi kalau benang yang dibakar berubah jadi abu, sarung tersebut pasti dibuat dari benang kapas murahan. Pembeli memang harus berhati-hati saat membeli Sarung Samarinda karena sangat banyak beredar sarung palsu.

Sekarang sudah ada belasan kampung penenun yang berada di gang-gang yang berdekatan. Nama-nama kampungnya beragam, sesuai dengan kampung asal mereka di Sulawesi. Ada Kampung Wajo, Sengka
ng, Sidrap. Sementara itu sejumlah galeri, toko, dan koperasi bermunculan menjual hasil kerajinan tenun Sarung Samarinda di sepanjang jalan raya Samarinda.

Jika menyusuri gang-gang pertenunan, mesin pintal dan tenun akan terlihat di halaman depan rumah penduduk. Sementara di samping dan emperan rumah, sarung yang masih basah oleh kanji sedang dijemur. Penggunaan kanji berfungsi agar sarung tampak baru dan awet.

Jika ingin memiliki Sarung Samarinda yang asli, sebaiknya membeli langsung atau memesannya di beberapa tempat suvenir di Samarinda. Harga Sarung Samarinda berkisar antar Rp 150.000 hingga Rp. 250.000.

AMPLANG KERUPUK IKAN, CAMILAN KHAS KOTA SAMARINDA

Singgah di Kota Samarinda, tak lengkap rasanya jika tidak membawa pulang buah tangan yang satu ini. Amplang namanya. Sejenis kerupuk dengan cita rasa dan aroma ikan yang khas. Makanan ringan bercita rasa gurih ini seakan sudah menjadi oleh-oleh wajib bagi wisatawan yang bertandang ke Kalimantan Timur.

Amplang terbuat dari daging ikan yang digiling halus dengan campuran tepung sagu. Ikan yang biasa digunakan adalah ikan tenggiri, gabus (haruan), atau belida (ikan pipih). Setiap jenis ikan tersebut memiliki kekhasan tersendiri. Jenis ikan yang dianggap terbaik adalah ikan belida karena rasa gurihnya yang lebih enak dan tekstur daging yang lembut saat dihaluskan.

Proses pembuatan kerupuk ini relatif sederhana, tetapi sentuhan yang berbeda dari setiap pembuatnya menciptakan kekhasan tersendiri dari setiap produsen. Langkah pertama, ikan yang telah dibersihkan dari sisik dan duri digiling hingga halus. Daging yang telah halus diberi garam, bumbu-bumbu, serta air hingga rata. Lalu, dimasukkan tepung sagu dan diuleni hingga kalis. Adonan tersebut kemudian direbus atau dikukus selama kurang lebih satu jam, lalu dijemur agar menghasilkan amplang yang bagus saat digoreng.

Tahap selanjutnya adalah pemotongan dan penggorengan amplang. Adonan yang masih berbentuk gumpalan besar tadi diiris tipis, lalu dipotong memanjang atau berbentuk dadu dengan ketebalan sekitar 0,5-1 centimeter. Potongan-potongan ini digoreng dengan minyak panas hingga mengembang dan berwarna kuning kecokelatan. Setelah ditiriskan, amplang dapat disimpan dalam wadah tertutup agar tetap renyah dan tahan lama.

Seiring waktu, setiap produsen memiliki cara tersendiri dalam berinovasi dengan produk amplang buatannya. Di antaranya ada yang mengemas amplang dalam plastik aluminium foil yang membuatnya terlihat lebih elegan. Ada pula yang menambahkan rasa artifisial seperti barbecue, ayam bawang, lada hitam, serta rasa-rasa lainnya. Apapun inovasinya, kerupuk ini memang layak menjadi suguhan favorit bagi rekan dan kerabat di kampung halaman.

Senin, 15 Desember 2014

Kota Samarinda Semakin Mempersolek Dirinya


Jika anda berjalan entah mengendarai roda empat, roda dua, atau sekedar berjalan kaki, tentunya kita akan melihat keadaan yang berubah di Kota Samarinda dibanding kurun waktu 2 atau 3 tahun yang lalu. Yah gambaran perubahan itu tercermin dari mulai jalan- jalan terutama di kawasan Perumahan, jalan-jalan di pinggiran kota yang telah dicor, perbaikan taman-taman kota, sampai perbaikan trotoar menjadi pemandangan yang mengasyikkan untuk dinikmati.

Sebagai pegawai di Dinas Pariwisata Kota Samarinda tentunya kami sangat bangga akan perubahan wajah kota saat ini, syukur-syukur bisa menjadikan kota Samarinda sebagai Kota Tujuan Wisata bagi masyarakat di Kalimantan Timur sekaligus daerah tujuan wisata bagi Wisatawan Nusantara maupun Wisatawan Manca Negara.

Sebagai ibukota provinsi Kalimantan Timur kota Samarinda merupakan kota yang nenjadi simpul dari kabupaten / kota yang ada disekitarnya, seperti Balikpan di selatan, Kota Bontang dan Kutai Timur di sebelah utara, Kabupaten Kutai Karta Negara yang mengelilingi kota Samarinda baik dan kabupaten Kuatai Barat disisi baratnya. Tentunya Kota Samarinda menjadi sangat mudah untuk diakses dari berbagai penjuru. Ibarat seorang gadis yang sedang bersolek Samarinda menjadi rebutan para pelancong yang ingin menikmati kemolekan dan keindahan kota Samarinda.

Perubahan yang bisa kita lihat dan rasakan adalah direhabilitasinya beberapa taman, seperti taman di tepian sungai Mahakam ada Teluk Lerong Gardena yang berlokasi di jalan RE Martadinata, begitu cantik dan menariknya jika kita kunjungi pada malam hari, karena dihiasi dengan berbagai lampion beraneka bentuk dari bentuk kembang maupun bentuk ikan dan menyala berwarna warni menambah semaraknya kawasan teluk lerong tersebut. Dikawasan tersebut dibangun pula tugu Perahu Tambangan, ini mengingatkan kita tentang sejarah transportasi sungai mahakam dari jaman dulu sampai sekarang untuk menyeberangkan orang dari Samarinda kota ke Samarinda Seberang. Pengamatan kami setiap malam apalagi pada saat malam akhir pekan Teluk Lerong Garden dipenuhi masyarakat yang datang sekedar untuk menikmati lampion-lampion sampai sekedar berfoto ria di taman tersebut.

Demikian juga dimulai dari tugu Pesut di depan Kantor Gubernur Provinsi Kaltim suadah dimulai penataan taman yang nantinya diberi nama "Mahakam Lampion Garden" sungguh sangat semarak bila penataan taman tersebut selesai nantinya. Begitupula dengan Taman Pintar yang berlokasi di depan sekretarian Tim Penggerak PKK Kota Samarinda yang setiap hari dikunjungi mulai anak-anak, para remaja dan bahkan para orang tua juga menikmati taman pintar ini.

Coba kita perhatikan jalan-jalan protokol seperti jalan M Yamin pembatas di tengah jalannya ditata sedemikia rupa sehingga taman dan pohon terlihat begitu rapi dan teduh dengan tanaman pohon, begitupula di sepanjang jalan Dr Sutomo, Jalan Pahlawan, sungguh indah kelihatan. Ini mencerminkan bahwa Kota Samarinda betul-betul berbenah diri. Begitu juga dengan trotoarnya saat ini dipercantik dengan hamparan kerikil putih yang dipadu dengan motif-motif yang indah dan rapi. Dan satu lagi yang tak kalah pentingnya, saya lihat
beberapa halte dibangun sepanjang jalan KH Wahid Hasyim sampai ke jalan Pahlawan.

Begitulah wajah kota Samarinda saat ini yang kian hari kian mempercantik dirinya dan ini merupakan komitment Walikota Samarinda beserta segenap jajarannya untuk memberikan pelayanan dengan membangun fasilitas umum demi kenyamanan warga dan masyarakat.

Kita berharap kedepannya Kota Samarinda menjadi Kota tujuan wisata dengan berbagai fasilitas yang sudah disediakan mulai dari fasilitas Transportasi, Akomodasi, dan Konsumsi serta fasilitas penunjang lainnya, sehingga para wisatawan akan betah berlama-lama tinggal di Kota Samarinda.

Mari jadikan kota Samarinda sebagai kota yang Sejuk, Aman, Tertib, Bersih, Ramah, sehingga ada Kenangan tersendiri bagi pengunjung/wisatawan untuk kembali lagi ke Samarinda,

Kamis, 04 Desember 2014

SEJARAH KERAJAAN KUTAI




Zaman sejarah Indonesia dimulai dengan adanya sebuah peninggalan tertulis di daerah Kutai. Kutai merupakan sebuah daerah yang terletak di sekitar tepi aliran Sungai Mahakam (Kalimantan Timur, Indonesia). Di tempat ini ditemukan sebuah batu bersurat atau prasasti berbentuk Yupa yang berjumlah tujuh buah. Yupa merupakan sebuah tugu batu bertulis yang dibuat sebagai peringatan upacara kurban. Semua yupa tersusun dalam bentuk syair yang menggunakan tulisan Pallawa dan dalam bahasa Sansekerta.

Yupa-yupa yang ditemukan di daerah Kutai tidak berangka tahun. Oleh karena itu, para ahli menentukan usia yupa dengan meneliti bentuk-bentuk huruf dan bahasa yang digunakan. Atas dasar penelitian itu, diketahui bahwa pada sekitar tahun 400 Masehi atau awal abad ke-5 telah berdiri sebuah kerajaan, yakni Kutai. Hingga kini Kutai dianggap sebagai kerajaan tertua di Indonesia.

Kerajaan Kutai didirikan oleh Kundunga. Dilihat dari namanya, Kundunga belum terkena pengaruh HIndu. Nama Kundunga adalah nama asli penduduk setempat. Mungkin sekali beliau adalah seorang kepala adat yang mana sangat berpengaruh. Kundunga mempunyai putra yang bernama Aswawarman. Ketika Aswawarman naik tahta, beliau dinobatkan sebagai raja dengan melalui cara khas Hindu. Penobatan raja diperkirakan dengan cara vratyastoma, yaitu pengangkatan seorang menjadi kasta yang tinggi (bangsawan). Raja Aswawarman disebut sebagai wangsakarta, yang bermakna pendiri kerajaan, Maksudnya, yaitu Aswawarman adalah raja yang pertama kalinya membentuk keluarga yang sudah berbudaya India. Sejak Aswawarman berkuasa di Kutai, budaya Hindu mulai memasuki kalangan keluarga kerajaan dan mempengaruhi corak kebudayaan dan kehidupan masyarakatnya.

Aswawarman mempunyai tiga orang putra yang laksana api suci. Namun, putera yang paling terkenal adalah dan terkemuka ialah Mulawarman. Pada sebuah yupa diterangkan bahwa Raja Mulawarman adalah raja yang mulia dan terkemuka, yang telah memberi sedekah berupa 20.000 ekor sapi kepada para brahmana di tanah suci waprakeswara (tanah suci yang ditinggalkan untuk menyembah Dewa Syiwa). Tugu ini dibuat para brahmana untuk menghormati kebaikan Raja Mulawarman. Berdasarkan keterangan ini, diduga Kerajaan Kutai merupakan sebuah kerajaan yang cukup kaya dan makmur.

UNIKNYA GANG PERTENUNAN PUSAT PRODUKSI SARUNG SAMARINDA

Sudah jadi rahasia umum, produk warisan budaya indonesia sangat kaya dan beragam, salah satunya adalah sarung dan kain, di tanah jawa kita kenal dengan kain dan sarung batiknya, di sulawesi, terkenal dengan lipa' sabbe, ada juga yang di sebut sarung dan kain ulos, serta banyak lagi ragam sarung dan kain yang menghiasi keanekaragaman budaya indonesia, namun kali ini kita akan sedikit mengulas sarung samarinda yang sekarang mulai terncam keberadaanya karna kurangnnya minat generasi muda untuk mempelajari dan melestarikannya.

jika kamu bertanya pada orang2 terkenal, pejabat tinggi dan artis2, atau wisatawan yang berkunjung ke kalimantan timur , oleh2 apa yang mereka dapat jika mereka pulang, mereka secara serempak akan menjawab sarung samarinda,karna sarung samarinda sudah menjadi salah satu icon wisata di kalimantan timur.

Sarung tenun samarinda mirip seperti sarung kebanyakan yang merupakan produksi pabrikan, namun yang membuat sarung ini istimewa adalah proses pembuatan, pemilihan bahan dan desain motifnya yang semuanya di kerjakan dengan manual dan hanya menggunakan alat tradisional...
bahan yang di gunakan adalah benang sutra asli, yang di proses hingga menjadi braneka macam warna yg kemudian akan di rajuk dengan alat khusus hingga membentuk satu bentuk sarung dengan motif yang khas,

Sejarah sarung tenun samarinda

Sekitar abad ke 18, masyarakat bugis sulawesi masuk ke kalimantan timur untuk meminta suaka pada penguasa kaltim pada saat itu karna terjadi perang saudara di sulawesi selatan dan mereka memilih mengungsi karna tak ingin adanya perpecahan di antara keluarga mereka, dengan senang hati masyarakat kaltim menerima mereka dan memberikan sebuah pemungkiman tempat tinggal untuk mereka bercocok tanam dan menangkap ikan .

karna tanahnya yang subur dan berada tepat di pinggir sungai mahakam tempat itu berkembang maju dan banyak di datangi pendatang, hingga sekarang, tempat itu di pilih menjadi ibukota kalimantan timur, yaitu samarinda. di saat itulah sarung samarinda yang di adaptasi dari budaya sulsel itu mulai di kenal hingga sekarang
awalnya sarung samarinda menggunakan tennung tudang, atau alat tenun sederhana yang menggunakan kedua kaki dan pinggang sang penenun sebagai penyangga sebagai bagian dari alat penyangga tenun, sampai akhirnya di temukan alat tenun bola bola yang tidak mennggunakan badan lagi sebagai tumpuan, namun masih menggunakan kedua kaki untuk menjalankan alat tenun ini.



Kampung baqa pertenunan, wisata sarung tenun samarinda

berkunjung ke satu sudut kampung di pinggiran tepian sungai mahakam samarinda, kita akan menemui sebuah pemandangan unik dimana hampir tiap teras maupun dalam rumah penduduk kampung itu ada alat tenun, mungkin karna itu kampung itu di sebut sebagai kampung atau gang pertenunan, karna khampir semua ibu2 rumah tangga dan wanita lanjut usia di kampung ini profesinya adalah pembuat sarung tenun sutra samarinda, yang memprihatinkan menurut saya, remaja2 wanita hampir tak satupun yg saya temui menggeluti atau mempelajari sarung samarinda ini, tentu saja ini adalah kprihatinan saya dimana remaja indonesia yang seyogyanya merupakan pewaris dari budaya tenun samarinda yang di geluti orang tua mereka, malah enggan untuk mempelajarinya,dengan alasan klise, karna malu atau gengsi di depan temen2 sebayanya, jika hal ini terus berlangsung, kepunahan pada sarung samarinda akan terjadi jika orang tua mereka telah menua dan tak mampu lagi melanjutkan untuk bertenun...



Pemandangan unik ini di tambah dengan suara yang bersahut sahutan dari alat tenun itu. seperti berirama, dan memiliki suara yang hampir sama pada tiap alat tenun, hingga kesannya seperti orang yang memukul kentongan secara bersamaan dengan irama tertentu.
proses pembuatan sarung tenunpun terbilang sulit, karna prosesnya yang memakan waktu cukup lama untuk menghasilkan selembar kain sarung, dari informasi seorang ibu2 yang profesinya sebagai penenun, di butuhkan waktu 2 minggu untuk tenung bola2 ( alat tenun yang lebih besar) dan 4 minggu untuk tennung tudang ( alat tenun duduk yang menggunakan tubuh sebagai penyangga )

proses pembuatan di awali dengan pewarnaaan benang sutra pilihan sesuai warna motif yg akan di buat,setelah itu pengeringan, lalu proses pemintalan, dan terakhir proses penenunan

proses penenunan ini memerlukan konsentrasi dan ketelitian serta keahlian khusus dari sang penenun, karna di sinilah proses pembentukan motif terjadi, berbeda dengan batik, yang hanya menggambar di atas seutas kain, dalam tenun samarinda, motif di ciptakan saat mereka membuat kain sarung itu sendiri, keistimewaannya adalah dimana mereka bekerja keras untuk merangkai lembar demi lembar benang sutra itu menjadi kain sarung, merekapun di tuntut untuk menerapkan ide2 motif yang masih ada dalam imajinasi mereka, dan di tuangkan pada tiap2 helai benang yang mereka tenun,unik bukan???

konon di malaysia pun sudah mengklaim kain sarung sutra khas orang bugis sebagai budayanya, mudah2an remaja2 kita lebih perduli sekarang dengan terancamnya budaya2 nenek moyang indonesia yang kian hari kian dilupakan.

Sebagai penutup, jika anda berkunjung ke kalimantan timur, jangan lupa menyempatkan untuk berkunjung ke kampung gang pertenunan untuk melihat sendiri proses unik pembuatan sarung asli samarinda ini.

Memotret budaya suku Dayak di Desa Pampang, Kalimantan Timur



Kalo kamu tertarik dengan budaya suku Dayak, cobalah mengunjungi desa budaya Pampang di Samarinda, Kalimantan Timur ini. Di hari-hari biasa, kamu bisa mengamati keseharian orang-orang suku Dayak Kenyah. Sementara, di hari Minggu para penduduk sibuk mempersiapkan pertunjukan seni yang diadakan dari jam 2–3 siang. Selain berfoto bersama penampil tarian Dayak, kamu juga bisa membeli suvenir khas desa Pampang yang dijual penduduk desa.

Selasa, 18 Februari 2014

MENGIKUTI RAPAT KERJA TEKNIS PARIWISATA SE KALIMANTAN TIMUR DI DENPASAR PROVINSI BALI

Hari Kamis 13 Pebruari 2014 kami dari staf Dinas Kebudayaan Pariwisata dan Kominfo Kota Samarinda bertolak ke Denpasar Bali dengan menggunakan salahsatu maskapai penerbangan dari Bandara Sepinggan Balikpapan sekitar jam 10'15 Wiiteng kami take of menuju Denpasar Bali dengan transit di Surabaya. sekitar kurang lebih 1 jam transit di Bandara Intenasional Juanda Surabaya kami melanjutkan perjalanan menuju kota Denpasar Bali.


Sekitar jam 14'30 kami landing di Bandara Ngurah Rai Denpasar Bali dan dijemput Sdr Burhan yang memang selalu melayani jika ada rombongan dari Pemkot Samarinda yang akan berkunjung ke Bali.
Setelah seluruh barang sudah ok kami lansung diantar menuju salahsatu Hotel yakni Hotel Melasti Beach Bungalows yang terletak di Jln Dewi Sartika Kuta Beach...


Setelah menyimpan barang bawaan di kamar Hotel kami langsung menuju ke Pantai Kuta untuk menikmati Sunset dan berfoto foto di Pantai tersebut sambil menikmati deburan ombak di pantai kuta ini, malamnya kami makan disalahsatu restauran bernama warung Plengkung di jalan Raya Kuta denpasar warung yang menyediakan menu Ayam Bakar/goreng dan Ikan.


Setelah kenyang makan malam langsung menuju ke Krisna pusat oleh-oleh di Pulau dewata, setelah itu kemudian menuju ke Kawasan Legian  meliahat-lihat Monumen Tragedi Bom Bali dan balik ke hotel untuk istirahat.

Hari Jum'at 14 Pebruari 2014 rombongan kami pindah ke Hotel Eden tidak jauh dari Hotel Melasti dan saat itu ingin saya gunakan untuk jalan-jalan menyusuri seputar Kota Denpasar, akhirnya saya menyewa Sepeda Motor yang dirental tepat di depan hotel, harga sewa rental Sepeda Motor Rp 60.000,- / 24 jam jenis motornya matic, saya sewa selama 2 (dua) hari hanya dengan jaminan Kartu Tanda Penduduk.

Usai Jum'at langsung saya mencari warung makan untuk mengisi kampung tengah, kali ini saya harus mencari warung yang menyediakan makanan yang halal, maklum di Bali kita harus hati-hati terutama kita yang muslim karena di bali banyak juga warung yang menyediakan makanan Non Halal, kali ini saya pilih saja Warung Padang agar lebih aman...

Setelah perut kenyang langsung menuju ke Joger tempat belanja baju kaos yang bertulisan unik ( saat ini sudah banyak macam yang dijual termasuk Sandal, Tas, Jacket, Handycraft, Merchandise dsb) pokok tinggal duitnya saja kita siapkan untuk memborong oleh-oleh tersebut.

Discovery Mall Yang Terletak di Kawasan Pantai Kuta Bali