Sabtu, 30 Maret 2013

Kamis, 28 Maret 2013 Adalah hari yang sangat berbahagia...

DAYA MUSIC Entertainment:
Kamis, 28 Maret 2013 adalah hari yang sangat berb...
: Kamis, 28 Maret 2013 adalah hari yang sangat berbahagia bagi keluarga saya, dimana Ananda " Muhammad Nur Fitrian" (Ryan)  te...

SI Ryan Jadi Sarjana Farmasi euyyy...


Kamis, 28 Maret 2013 adalah hari yang sangat berbahagia bagi keluarga saya, dimana Ananda " Muhammad Nur Fitrian" (Ryan) telah di Wisuda dengan menyandang gelar S1 (Sarjana Farmasi)  bertempat di Gedung Gelora 27 September Universitas Mulawarman.
Dihadiri oleh keluarga Nenek Hj. Norma, Ibunda Nurdaya, serta Ananda Muhammad Azrandi Nur (Randy), inilah sejarah bagi keluarga kami karena perjuangan selama ini dapat mengantarkan ananda Muh. Nur Fitrian menjadi seorang Sarjana..
Awalnya di Tahun 2008 setelah si Ryan menyelesaikan studynya di SMA Neg 02 Samarinda ingin melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi dan tekadnya ingin kuliah di Universitas Mulawarman pada Fakultas Farmasi, maka dengan segenap daya upaya saya lakukan agar Ryan bisa masuk ke Fakultas tersebut termasuk menguruskan rekomendasi sebagai calon mahasiswa dari Kota Samarinda, maklum dia harus berrsaing dengan beberapa calon mahsiswa dari Kabupaten/Kota lainnya juga harus masuk ke Fakultas yang katanya agak sulit itu, mengingat Fakultas Farmasi adalah Fakultas yang menjadi favorit setelah Fakultas Kedokteran.
Setelah diterima saya melihat bagaimana perjuangan ananda Ryan dalam menekuni selama menjadi mahasiswa Fak. Farmasi hampir setiap malam membuat Laporan setelah melakukan Praktik di
Laboratorium , dan yang membuat saya salut karena Laporan yang ditulis harus ditulis dengan tangan sendiri (mungkin menghindari istilah Copas / Copy Paste) tentunya.
Selaku Orang Tua saya melihat ketekunan, dan kegigihannya untuk menyelesaikan kuliahnya bisa diacungi jempol dan itupun didukung oleh rekan-rekan sesama kuliahnya.
Saat satu persatu rekannya seangkatan mulai menyelesaikan studinya dengan mempertahankan desertasinya dan berhasil, serta mulai Yudisium dan di wisuda dia tidak berputus asa.
Mulailah Ryan menyusun Desertasinya dimana penelitiannya harus mengambil Lendir Usus Sapi sebagai bahan penelitian serta mengumpulkan Daun Sirsak yang dikeringkan sebagai bahan dasar untuk pembuatan sejenis Obat Herbal...
Alhamdulillah dengan kegigihan dan keuletannya Ryan berhasil mempertahankan desertasinya sekaligus mengejar ketinggalan dari sesama rekan seangkatan yang sudah di wisuda duluan dan memperoleh Gelar Sarjana Farmasi. Selamat....selamat...selamat....

Hari sabtu 29 desember 2012 , kita dari rombongan dari Dinas Kebudayaan Pariwisata dan Kominfo Kota Samarinda melaksanakan kegiatan "Family Holiday" menjelang akhir tahun 2012 yang dipimpin oleh Kepala Dinas (H.M. Faisal) bersama ny. Faisal, lokasi yang kami tuju adalah Pantai Manggar Balikpapan. Suasana kecerian yang ada tergambar pada saat tiba di kawasan Pantai Manggar. Setelah menikmati Makan bersama kamipun larut dalam suasana rekreasi ada yang langsung berenang ke laut, menaiki perahu karet dan perahu bermesin untuk menikmati suasana pantai dan laut. Salahsatu fasilitas yang kami nikmati adalah menaiki Banana Boat yang disewa dengan sensasi yang buat deg-degan karena ujung-ujungnya banana boat dibuat terbalik dan kami semua terjatuh ke laut. Itulah sekelumit pengalaman rekreasi kami dipenghujung tahun 2012. by Dahrie

Rabu, 20 Maret 2013

MASJID SHIRATAL MUSTAQIEM



Masjid Shiratal Mustaqiem adalah masjid tertua di Samarinda yang terletak di Jalan Pangeran Bendahara, Kelurahan Masjid, Kecamatan Samarinda Seberang, Kota Samarinda, Kalimantan Timur. Masjid ini dibangun pada tahun 1881.
Sejarah
Sekitar tahun 1880 silam, datang seorang pedagang muslim dari Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar) bernama Said Abdurachman bin Assegaf ke Kerajaan Kutai. Berdasarkan pertimbangan berdagang sembari menyiarkan Agama Islam, ia memilih kawasan Samarinda Seberang sebagai tempat tinggalnya. Hal itu ditanggapi dengan baik oleh Sultan Kutai Aji Muhammad Sulaiman. Melihat ketekunan dan ketaatan Said Abdurachman dalam menjalaankan syariat agama Islam, sultan akhirnya mengizinkan Said Abdurachman tinggal di kawasan Samarinda Seberang.
Mengemban amanat sebagai tokoh masyarakat bergelar Pengeran Bendahara, Said Abdurachman mempunyai tanggungjawab besar. Dulu wilayah ini adalah tempat maksiat. Orang kampung hampir tak ada yang berani ke wilayah ini karena takut. Tapi tidak dengan Pangeran Bandahara. Beliau malah mendatangi mereka yang berjudi dan mengajaknya untuk menjalankan syariat Islam.
Setelah berunding, akhirnya disepakati menjadikan tempat itu sebagai masjid untuk ibadah. Proses pembangunan masjid tersebut tentunya tak mudah. Kendati bergotong royong, untuk mendirikan 4 tiang utama atau yang disebut soko guru yang diperkirakan mempunyai tinggi 7 meter, warga tak sanggup karena besarnya tiang.
Hingga akhirnya datang seorang nenek dengan menggunakan jubah putih ke hadapan mereka. Siapa dia tak ada yang tahu. Namun ia berpesan kepada Pengeran Bendahara dan sejumlah pengikutnya. Disebutkan, ia akan membantu mendirikan 4 tiang utama tersebut dengan syarat tak ada satu wargapun yang melihat prosesi pendiriannya.
Keesokan harinya, sejumlah warga tertegun melihat 4 tiang utama sudah berdiri tegak. Bahkan saat warga mencoba mencari sosok seorang nenek tersebut, mereka tak kunjung menemukannya. Sehingga warga tak ada yang tahu pasti siapa dia.
Sepuluh tahun kemudian atau tepatnya 27 Rajab 1311 Hijriyah, pembangunan masjid akhirnya rampung. Sultan Kutai Aji Mohammad Sulaiman yang meresmikan masjid tersebut juga didaulat menjadi imam dan memimpin salat yang pertama di masjid tersebut.
Tempat ibadah umat Islam itu diketahui terbuat dari bahan Ulin yang digunakan sebagai bahan utama pembangunan masjid diambil dari empat kampung, diantaranya Karang Mumus, Dondang, Kutai Lama, dan Loa Haur.
Hingga saat ini arsitektur masjid yang selesai dibangun tahun 1891 itu tak ada yang berubah. Kendati ada perawatan yang dilakukan. Bahkan masjid bersejarah kedua terbaik se-Indonesia itu, menjadi lokasi yang sakral bagi warga setempat.
 Masjid ini memiliki luas bangunan sekitar 625 m² dan teras sepanjang 16 meter. Mulanya di lokasi ini dipilih karena diketahui sebagai sarang perjudian dan tempat penyembahan berhala. Karena itu, maka ketiga tokoh tersebut membangunnya agar dapat menghentikan kegiatan maksiat dan sesat tersebut. Buktinya, setelah terbangun (Masjid Shiratal Mustaqiem), ternyata kegiatan maksiat pun menghilang dan wilayah ini (Kampung Mesjid) semakin populer kala itu. Karena kepolulerannya itulah, maka daerah tempat berdirinya masjid ini diberi nama Kampung Mesjid dan kini menjadi kelurahan Mesjid.

Nenek Dirikan 4 Pilar Masjid Sirathal Mutaqiem

Menapak Jejak Sejarah di Kaltim (2)
SIAPA sangka lokasi Masjid Sirathal Mustaqiem yang dikenal sebagai masjid tertua di Kaltim, dulunya adalah tempat maksiat. Selain digunakan sebagai wadah sabung ayam, kawasan itu juga dijadikan ajang berjudi. Namun bagaimanakah tempat itu dapat berubah dan menjadi pusat siar agama Islam ?


SEKITAR tahun 1880 silam, datang seorang pedagang muslim dari Pontianak, Kalimantan Selatan Barat (Kalbar) bernama Said Abdurachman bin Assegaf ke Kerajaan Kutai. Berdasarkan pertimbangan berdagang sembari menyiarkan Agama Islam, ia memilih kawasan Samarinda Seberang sebagai tempat tinggalnya.
Hal itu ditanggapi dengan baik oleh Sultan Kutai Aji Muhammad Sulaiman. Melihat ketekunan dan ketaatan Said Abdurachman dalam menjalaankan syariat agama Islam, sultan akhirnya mengizinkan Said Abdurachman tinggal di kawasan Samarinda Seberang.
Mengemban amanat sebagai tokoh masyarakat bergelar Pengeran Bendahara, Said Abdurachman mempunyai tanggungjawab besar. "Dulu wilayah ini adalah tempat maksiat. Orang kampung hampir tak ada yang berani ke wilayah ini karena takut. Tapi tidak dengan Pangeran Bandahara. Beliau malah mendatangi mereka yang berjudi dan mengajaknya untuk menjalankan syariat Islam," ungkap H Zainuddin Abdullah yang saat ini menjadi Imam Masjid Shirathal Muataqiem.
Setelah berunding, akhirnya disepakati menjadikan tempat itu sebagai masjid untuk ibadah. Proses pembangunan masjid tersebut tentunya tak mudah. Kendati bergotong royong, untuk mendirikan 4 tiang utama atau yang disebut soko guru yang diperkirakan mempunyai tinggi 7 meter, warga tak sanggup karena besarnya tiang.
Hingga akhirnya datang seorang nenek dengan menggunakan jubah putih kehadapan mereka. Siapa dia tak ada yang tahu. Namun ia berpesan kepada Pengeran Bendahara dan sejumlah pengikutnya. Disebutkan, ia akan membantu mendirikan 4 tiang utama tersebut dengan syarat tak ada satu wargapun yang melihat prosesi pendiriannya.
"Tahun 1881 masjid ini (Sirathal Mustaqiem) dibangun, kendalanya pada pembangunan 4 tiang utama. Entah malaikat atau apa, datang seorang nenek. Ia berpesan kepada seluruh warga agar pada malam itu tidur di rumah masing-masing dengan nyenyak," ulasnya.
Keesokan harinya, sejumlah warga tertegun melihat 4 tiang utama sudah berdiri tegak. Bahkan saat warga mencoba mencari sosok seorang nenek tersebut, mereka tak kunjung menemukannya. Sehingga warga tak ada yang tahu pasti siapa dia.
Sepuluh tahun kemudian atau tepatnya 27 Rajab 1311 Hijriyah, pembangunan masjid akhirnya rampung. Sultan Kutai Aji Mohammad Sulaiman yang meresmikan masjid tersebut juga didaulat menjadi imam dan memimpin salat yang pertama di masjid tersebut.
Hingga saat ini arsitektur masjid yang berdiri tahun 1891 itu tak ada yang berubah. Kendati ada perawatan yang dilakukan. Bahkan masjid bersejarah kedua terbaik se Indonesaia itu, menjadi lokasi yang sakral bagi warga setempat.


Info Tempat Wisata di Samarinda




Kawasan Wisata Budaya Pampang
Kawasan Pampang yang terletak sekitar 20 km dari kota Samarinda merupakan kawasan wisata budaya yang menarik untuk menyaksikan kehidupan suku Dayak Kenyah. Obyek wisata budaya ini dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan bermotor melalui jalan raya Samarinda-Bontang. Daya tarik yang dapat disaksikan adalah Lamin atau rumah adat suku Dayak serta tarian dan upacara adat Dayak Kenyah.

Air Terjun Tanah Merah
Terletak sekitar 14 km dari pusat kota Samarinda tepatnya di dusun Purwosari kecamatan Samarinda Utara. Tempat ini merupakan pilihan tepat bagi wisata keluarga karena dilengkapi pendopo istirahat, tempat berteduh dengan pohon peneduh di sekitar lokasi, warung, areal parkir kendaraan yang luas, pentas terbuka dan tempat pemandian. untuk mencapai obyek wisata tersebut, dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor baik roda dua maupun empat serta angkutan umum trayek Pasar Segiri - Sungai Siring. .

Penangkaran Budaya Makroman
Terletak di desa Pulau Atas, kecamatan Palaran dengan jarak lebih kurang 6 km dari Samarinda. Jenis buaya yang dipelihara yaitu buaya air tawar dan buaya Supit. Tempat pengembangbiakan buaya ini telah di lengkapi sarana dan prasarana wisata.

Kebun Raya Samarinda
Terletak di sebelah Utara kota Samarinda yang berjarak 20 km atau 30 menit perjalan darat. Di Kebun Raya Samarinda terdapat atraksi Danau alam, kebun binatang, panggung hiburan.

Telaga Permai Batu Besaung
Obyek wisata Telaga Permai Batu Besaung merupakan obyek wisata alam, terletak di Sempaja 15 km dari pusat kota Samarinda dengan kendaraan motor/mobil. Obyek wisata ini telah dilengkapi sarana dan prasarana wisata.

Kerajinan Tenun Ikat Sarung Samarinda
Terletak di jalan Bung Tomo Samarinda Seberang. Obyek wisata ini merupakan proses pembuatan sarung tradisional Samarinda, yang berjarak 8 km dari pusat kota Samarinda. Obyek tersebut telah dilengakapi sarana dan prasarana wisata. Kerajian tenun sarung ini pada mulanya dibawa oleh pendatang suku Bugis dari Sulawesi yang berdiam di sisi kiri Mahakam (sekarang menjadi Samarinda Seberang). Hampir disetiap perkampungan suku Bugis (kelurahan masjid Baka) dapat ditemukan pengrajin sarung Samarinda. Alat tenun yang digunakan para pengrajin adalah alat tradisional disebut "Gedokan" atau menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Produk yang dihasilkan untuk 1 (satu) buah sarung memakan waktu tiga minggu. 

Taman Rekreasi Lembah Hijau
Obyek wisata Lembah Hijau merupakan obyek wisata alam, terletak di jalur jalan Samarinda - Bontang 15,5 km dari Samarinda dengan kendaraan mobil/motor. Atrakasi yang terdapat obyek yang bersebelahan dengan pagar alam ini adalah tampilan atraksi yaitu replika hutan yang terdiri dari jenis kayu hutan Kalimantan serta tanaman rotan terdapat di lokasi wisata ini. Fasilitas yang tersedia adalah : cafetaria, pendopo pertemuan dan kolam pancing, camping ground.

Hutan Raya Unmul
Terletak 3 km dari terminal Lempake dilengkapi fasilitas olah raga, perahu wisata, mini zoo. Bagi wisatawan yang akan berkunjung ke obyek wisata alam Hutan Raya Unmul dapat menggunakan kendaraan roda 4 kendati di sana sudah tersedia petugas dan pusat informasinya..

Citra Niaga
Citra Niaga merupakan kawasan pusat perdagangan yang dirancang untuk menyediakan tempat usaha bagi pedagang kecil (60%) serta pedagang besar dan menengah (40%). Karena konsep pembangunan dan arsitekturnya yang estetis, Citra Niaga memperoleh penghargaan internasional Aga Khan Award pada tahun 1987.

Sebagai kota jasa dan perdagangan, di Samarinda terdapat 5 buah pusat perbelanjaan yang selalu ramai dikunjungi setiap harinya yakni Mal Lembuswana, Mal Mesra Indah dan Samarinda Central Plaza (SCP), Plaza Mulia, Samarinda Square

Air Terjun Pinang Seribu
ini merupakan Objek Wisata Alam di Samarinda yang baru saja ramai dan masih jarang dikunjungi oleh wisatawan baik lokal maupun wisatawan asing. Penulis sendiri belum berkunjung ke Tempat Wisata ini, penulis mendapatkan informasi ini dari salah seorang pengunjung website ini. Air Terjun Pinang Seribu terletak di kelurahan sempaja utara, kecamatan samarinda [...]
Taman Tepian Mahakam
Taman Tepian Mahakam berada di sebelah kiri Jl.Gajah Mada hingga Jl.Slamet Riyadi. Taman ini dibuat pada periode 1990-an sebagai pengindah kota. Selain taman untuk masyarakat bersantai ria, Tepian Mahakam juga dilengkapi dengan fasilitas olahraga seperti lapangan voli, lapangan basket, dan lapangan sepak bola. Pada malam hari, Tepian Mahakam menjadi arena bermain anak-anak dan pujasera yang menjual berbagai macam makanan.

Makam La Mohang Daeng Mangkona (pendiri kota Samarinda)
Makam ini berlokasi di Jl.Mas Penghulu kelurahan Mesjid, Samarinda Seberang. Makam ini merupakan salah satu objek wisata ziarah dan ramai diziarahi pada hari-hari besar Islam dan hari jadi Kota Samarinda karena La Mohang Daeng Mangkona (bergelar Pua Ado) adalah pendiri kota Samarinda yang membangun pemukiman pertama kali di Samarinda Seberang.
Masjid Shiratal Mustaqiem
Masjid Shiratal Mustaqiem adalah masjid tertua di kota Samarinda. Masjid ini didirikan pada tahun 1881 masehi. Masjid ini menjadi objek wisata rohani dan ramai pada acara-acara hari besar Islam.

MAQAM LAMOHANG DAENG MANGKONA


SAMARINDA—Wali Kota Samarinda Drs H Achmad Amins MM menitip pesan kepada wali kota berikutnya untuk membuat relief di makam Lamohang Daeng Mangkona pendiri kota Samarinda, yang akan menceritakan tentang sejarah-sejarah terkait berdirinya Samarinda. “Saya pesan agar nanti dibuatkan relief kepada walikota berikutnya, dan pembuatannya nanti serahkan ke seniman dan ahli sejarah. Saya harapkan bisa pertahankan warisan sejarah ini. Apalagi kalau nanti Pak Jaang yang terpilih, jangan sampai sejarah ini dihilangkan dan tolong buatkan relief,” ujar Amins ketika menyampaikan sambutan pada kegiatan ziarah ke Makam Pendiri Kota di Samarinda Seberang yang menjadi agenda rutin tiap hari jadi kota dan HUT Pemkot,
Amanah ini disampaikan Amins, karena pidato ini dianggapnya pidato terakhir dalam momentum ziarah ke makam pendiri kota dalam rangka hari jadi kota. “Bangsa yang besar adalah bangsa yang selalu menghargai para pendahulunya. Makanya disamping itu, sejak tahun 2000, saya selalu memberikan penghargaan setiap hari ulang tahun kepada semua stakeholder yang telah ikut mewarnai pembangunan ini, apakah tokoh agama, masyarakat, pengusaha, olahragawan, pemuda, seniman dan lainnya,” sebut Amins. Di luar HUT, lanjutnya apresiasi juga diberikan kepada mereka yang memang patut, seperti menaikkan haji kaum masjid, guru ngaji, juga ada diberangkatkan ke Yerusallem, dan lainnya, serta berbagai apresiasi lainnya. “Saya harapkan wujud penghargaan ini bisa dilanjutkan lagi,” harapnya. Sebagai wujud kepedulian terhadap sejarah, lanjut Amins mengungkap telah membeli sebuah rumah tua menjadi milik Pemkot. “Sengaja kita beli, supaya nanti tidak diubah sama pemilik atau ahli warisnya. Apalagi atapnya itu dibeli di Singapura. Angan-angan saya, rumah tua ini bisa dijadikan museum Sarung Samarinda,” tutur Amins. Di ujung karir menjadi wali kota selama 10 tahun ini, dengan penuh haru Amins menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat, sama seperti disampaikan saat pidato paripurna kemarin. “Kepada keluarga saya, dan istri saya juga saya minta maaf, karena sebagai bapak dari warga Samarinda, tentunya selama 10 tahun ini waktu untuk keluarga di rumah menjadi berkurang. Kadang saya datang mereka tidak ada atau sudah tertidur,” imbuh Amins. Usai sambutan, Amins bersama jajarannya, termasuk Wawali Samarinda H Syaharie Jaang, Sekda HM Fadly Illa, Ketua DPRD Samarinda Siswadi dan unsur muspida melakukan doa bersama di depan makam Daeng Mangkona kemudian menaburkan bunga. Kegiatan ziarah ini, dari tahun ke tahun dilaksanakan Lembaga Adat Lompoe Samarinda Seberang bekerjasama dengan Kecamatan. Dalam rangkaiannya, juga disiapkan barisan Bugis Benranga yang menyambut petinggi kota, dan juga disambut tarian tari Leluso dari Wajo Sulawesi Selatan. Dari makam, kemudian rombongan melanjutkan agenda Safari Jumat di masjid tertua Sirathal Mustaqiem, dan diakhiri doa bersama agar Samarinda selalu dalam keadaan kondusif dan dijauhkan dari bala bencana. Saat safari, Syaharie yang diminta walikota untuk menyampaikan sambutan kembali menekankan kebersamaan untuk membangun kota dan mempertahankan kondusif kota, terlebih 6 bulan memasuki Pemilihan Kepala Daerah. Sedangkan malam hari, di rumah jabatan walikota, dilakukan haul ulama dan istighosah. Diawali shalat maghrib dan Isya berjamaah, kemudian diisi tausiyah yang disampaikan ustad KH Ahmad Dimiyati Badruzzaman MA.